Orang Indonesia pertama yang bekerja di Pusat penelitian Spherical Tokamak

Akhirnya kisah ini bisa ditulis, karena saya telah selasai mengabdikan diri di pusat penelitian Fusi Nuklir di Jepang.

Saya merupakan orang Indonesia pertama yang berpartisipasi dalam project penelitian Fusi nuklir khusus spherical Tokamak ini.

Bagi sebagian yang heran, kenapa saya bukan melanjut penelitian tentang otak, melainkan beralih ke proyek Fisika, karena fokus pada pekerjaan saya di pusat penelitian ini adalah sebagai pengembang sistem remote untuk pengeoperasian Gyrotron.

Gyrotron adalah sebuah tabung vakum yang memliki frekuensi lebih dari 14 GHz dan digunakan untuk beberapa aplikasi baik itu di bidang kedokteran ataupun di bidang Fusi Nuklir.

Penggunaan gyrotron pada dunia kedokteran masih dalam tahap pengembangan, namun penggunaannya pada dunia fusi nuklir sudah dalam tahap penerapan. Dengan harapan dapat mempelajari lebih dekat serta melihat penelitian Fusi Nuklir dunia, bergabunglah saya dalam projek ini.

Pada awalnya, saya berniat untuk bergabung untuk jangka waktu 10 tahun atau lebih. Namun, ternyata dunia neuroinformatika, masih menarik perhatian saya.

Maka dari itu, saya perlahan dari bulan april tahun 2023 mulai kembali bergabung di project penelitian tentang otak dan perubahan fisiologis manusia terhadap rangsangan bau, paralel dengan bekerja di pusat penelitian fusi nuklir ini.

Namun, bekerja di dua bidang sekaligus ternyata cukup melelahkan. Maka saya memutuskan untuk memilih bidang yang emang seharusnya saya tekuni.

Berulang kali saya bertanya dengan direktur pusat penelitian, adakah pemerintah Indonesia menghubungi pusat riset kami terkait penelitian fusi nuklir ataupun spherical tokamak, sayangnya belum ada.

Sayang sekali, saya belum berkesempatan melihat para peneliti Indonesia datang berkunjung dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan energi terbarukan ini.

Tapi, mau bagaimana lagi. life must goon kan?

Leave a comment