Kami memang telah melewati pemberhentian bus yang jaraknya 5 KM dari starting point kami. Namun petualangan belum berakhir. Karena gerbang awal menuju puncak Aburayama haruslah melewati gerbang Shimin no Mori. Berhubung ini bukanlah pertama kalinya bagi saya untuk mengunjungi Aburayama, dengan pede saya mengajak mereka masuk ke dalam hutan. Namun lebih dari tiga tahun berlalu, ada tanda yang berubah di dalam aburayama ini. Bukannya berhasil langsung sampai ke gerbang kantor shimin no mori, yang ada kami tersesat di dalam hutan selama 2 jam!

Menyadari kami tersesat ke dalam hutan semakin jauh, maka ada beberapa option yang saya usulkan kepada para bocah ini. Pertama kami kembali ke titik awal kami berangkat atau mencari jalan baru untuk menuju gerbang awal gunung Aburayama, yaitu Shimin no mori. Setelah melakukan diskusi dan perhitungan, kami memutuskan untuk kembali ke jalur awal kami datang. Dasarnya emang udah tersesat. Tidak mudah untuk menemukan titik kembali ke awal. Namun karena kami adalah para pemuda tangguh, dan alam masih berbaik hati pada kami. Maka kami berhasil menemukan jalan titik awal.

Apakah dengan kami nyasar, kami kapok dan berhenti kembali ke kota? Tentu saja tidak. Jangan pernah meremehkan semangat para pemuda. Roma Irama tidak salah untuk menyatakan bahwa masa muda masa yang berapi-api. Sangat tidak salah.

Berhubung waktu telah menunjukkan pukul 1 siang, maka kami berusaha untuk mencari jalur tercepat untuk mencapai puncak. Target kami, sampai ke titik puncak sebelum pukul 3 sore. Karena bus yang akan mengantarkan kami ke jalan pulang beroperasi kembali pada pukul 5:27 sore.

Setelah mendaki sekitar 15 menit sampailah kami di observation area. Di sini kita bisa melihat pemandangan kota Fukuoka dengan sangat jelas. Bila kalian datang di malam hari, beh tempat ini berubah menjadi tempat super duper romantis.
Saya : Kay, kalau cewek lu datang ke Fukuoka harusnya lu bawa ke sini. Romantis banget kan pemandangannya.

Di Area observation ini terdapat gedung yang bisa kita naiki. Bila kita menaiki gedung ini, pemandangan kota Fukuoka akan terlihat semakin jelas

Ada maksud tersendiri sebenarnya kenapa saya bela – belain mendaki gunung Aburayama di awal Juni. Sebagai penggemar berat Soe Hok Gie, tentu saja saya juga ingin merayakan ulang tahun saya di gunung. Usia saya kelak akan sama dengan usia kematian Soe Hok Gie. Soe Hok Gie mati diatas gunung H-1 dia berusia 27 tahun. Bukan, bukan berarti saya juga hendak menutup mata pada dunia. Namun saya juga ingin menikmati bagaimana rasanya menyimpan jejak kenangan untuk mengakhiri usia ke dua puluh enam di atas gunung.
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.” Soe Hok Gie
Bersambung
Bonus Feature
Leave a comment