Sebagai seorang pelajar yang sedang menyelami ilmu biomedical engineering yang terfokus pada otak, kasus-kasus terkait selalu membuat saya tertarik. Siang ini (waktu Jepang) saat saya sedang membaca jurnal ilmiah, ada pemberitahuan dari salah satu portal news Indonesia tentang metode terapi cuci otak, yang pada akhirnya menyebabkan seorang dokter Indonesia kena kasus.

Berdasarkan hasil penelusuran di pubmed.com, terdapat 57 penelitian yang berkaitan dengan DSA
Apa bedanya metode tradisional Angiography and digital substraction angiography (DGA)?
Pada metode tradisional (pake fluoroscopy) citra gambar diperoleh dengan mengekspos area yang dijadikan target sambil menyuntikkan kontras media ke dalam pembuluh darah. Dari proses ini ga cuma pembuluh darah yang tertampilkan, tapi juga struktur lain yang menimpa pembuluh darah itu. Sehingga metode ini tidak akurat.
Nah untuk mendapatkan citra pembuluh darah doang, dilakukan pencitraan ketika area sebelum disuntikkan “media kontras” dan juga setelah disuntikkan kontras, lalu hasil dari keduanya dikurangi, lalu muncullah hasil akhirnya. Nah metode inilah yang dinamakan digital substraction angiography. Moga kalian paham lah ya, soalnya ini terjemahan dan pemahaman saya. hihihi

http://www.droid.cuhk.edu.hk/service/angio/dsa.htm
Jadi pada umumnya DGA digunakan untuk melakukan pecintraan pembuluh darah. Sebagai alat diagnosis.
Namun dapatkah metode ini dijadikan untuk terapi?
Saya gak bisa bilang banyak, berhubung saya baru tau teknologi ini. Mungkin kalau ada dokter spesialis di sini bisa kasih pencerahan ke kita-kita.

Leave a comment