budak kecil melangkah girang di paginya yang dipenuhi nyanyian burung gagak
tak diketahuinya si gagak meratap
akan kematian makhluk dijagat raya
mendung telah menggantung diawan yang berarak
bibir budak merekah kering…
si budak kecil mengambil ginju
dipulasnya pada bibir
memandang cermin berharap cermin kan berkata “kau wanita tercantik di dunia”
pulasannya terhenti, karena seorang ratu lewat bersama raja
Lima jengkal jarak mereka
terkekeh raja berkata “lipstik itu tidak akan merubah rupamu, kau buruk pendek tak kan mungkin menjadi ratu, baiknya kau enyah”
si budak berlari menangis, mengadu pada kesatria.
kesatria berkata “baik kau nikmati saja sakitmu, itulah nyata dunia. apapun kau teriakkan, tak kan ada yang tau rasanya kecuali dirimu sendiri”
berlari budak kecil, sesenggukan dipintu pagar rumah seorang putri.
sang putri menghampiri
bertanya gerangan apa yang membuat kulit hitam si budak terbasahi air mata..
si budak bercerita lukanya,
si putri hanya diam
Sorenya, putri , kesatria, raja, ratu berkumpul di meja bundar
tertawa pada sosok si budak yang tampak dikejauhan
dukanya hanyalah bahan canda yang terasa garing bagai kerupuk
percayanya hanyalah seharga batu kali
si budak kembali ke peraduan
meringkuk dibawah selimut
mencari tenaga untuk esok
untuk elegi yang hanya mengendap dibawah bantal

Fadilla Zennifa
Fukuoka, Desember 2015
Leave a comment